Benar bung Him, saya juga sependapat, bhw. judul artikel itu tidak tepat dan juga tidak sesuai dengan isinya.
Isi pokok dari artikel itu sebenarnya membantah berita sepihak yg disiarkan oleh Pramono (anak Sarwo Edhie),
seolah-olah bapaknya sudah resmi dijadikan pahlawan. Penulis artikel - sejarawan Dr.Aswi Warman Adam menyangkal hal ini, karena secara prosedural prosesnya jelas melanggar aturan.
Lebih dari itu penulis mengingatkan, bahwa sekarang ini Komnas HAM masih terus mendesak agar pihak Kejaksaan Agung menindak lanjuti secara hukum Laporan Komnas HAM tertanggal 23 Juli 2012 tentang Pelanggaran HAM Berat yang terjadi 1965-1966 dimana ada dugaan kuat, bhw. Sarwo Edhie adalah termasuk orang yang bertanggung jawab atas terjadinya kejahatan besar terhadap Kemanusiaan tersebut.
Sejarawan Baskara T Wardaya, yang mengutip Robert Cribb dalam "The Indonesian Killings of 1965-1966: Studies From Java and Bali" (Monash University, 1990), menulis: “..mengapa pembunuhan (massal) di Jawa Tengah dimulai pada pekan ketiga Oktober, kemudian di Jawa Timur pada bulan November, lalu Bali pada bulan Desember 1965–semuanya terjadi setelah hadirnya RPKAD yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Sarwo Edhie.”
Pernyataan sepihak oleh keluarganya yang menyiarkan seolah-olah Sarwo Edhie sudah dijadikan pahlawan nasional, jelas sangat menyakitkan bagi keluarga Korban 65 dan merupakan penghinaan terhadap nurani Kemanusiaan bagi setiap orang yang masih memiliki akal sehat.
Mestinya Indonesia bisa belajar dari negara2 Amerika Latin, seperti Argentina dan Chili, yang sekarang ini sedang terus melakukan langkah2 hukum dalam menanggulangi beban sejarah gelap masa lalu, masa kekuasaan rezim2 Junta militer yang dengan dukungan CIA /AS pernah melakukan penindasan berdarah terhadap kekuatan kiri progresip.
A.H.
-----Original-Nachricht-----
Betreff: Re: [GELORA45] Kolom IBRAHIM ISA: - "SARWO EDHIE BELUM HERO"
Datum: Fri, 22 Nov 2013 17:29:49 +0100
Von: him <hamulsky@yahoo.de>
An: "GELORA45@yahoogroups.com" <GELORA45@yahoogroups.com>
Jum'at, 22 November 2013
----------------------
MENYAMBUT TULISAN DR ASVI WARMAN ADAM
Ungkapan diatas "Sarwo Edhie Belum Hero", adalah judul tulisan sahabatku Dr Asvi Warman Adam. Artikel tsb dimuat hari ini di koran Tempo. Satu copy dikirimkannya pagi ini kepadaku. Terima kasih Pak Asvi!
Dr Asvi Warman Adam, seorang Peneliti Senior LIPI - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengedepankan sebuah julukan untik Sarwo Edhie, "belum hero". Ini menegaskan bahwa Dr Asvi Adam adalah seorang sejarawan dan ilmuwan. Tidak apriori. Tetapi mengajukan fakta-fakta, memberikan argumentasi dan pelbagai opini sebagai reaksi masyarakat, menganalisis kemudian menyerahkan kepada pembaca untuk menarik kesimpulan sendiri.
Pertama: Biasanya bila pemerintah setuju pengangkatan seseorang jadi pahlawan nasional, hal itu langsung dilakukan. Dalam kasus "Sarwo Edhie jadi pahlawan", tidak demikian. Mengapa?
Kedua: Yang menyebarluaskan (yang dikatakan) "persetujuan pemerintah" tsb., -- adalah Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo. Sarwo Edhie adalah ayah kandung mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Sedangkan yang memutuskan Sarwo Edhie jadi pahlawan termasuk menantunya sendiri. Jadi bukan sebuah lembaga negara yang merilis berita "Sarwo Edhie (akan) jadi pahlawan". Maka timbullah kesan buruk, bahwa keputusan seseorang jadi pahlawan, rupanya "urusan keluarga penguasa" semata-mata. Sungguh berbau feodalisme!!
Ketiga: Dikatakan bahwa Presiden yang akan menyematkan gelar pahlawan itu ke dada (barangkali) salah seorang keluarga Sarwo Edhie, yang bisa jadi itu adalah putra Sarwo Edhie atau bisa juga Ibu Ani SBY. Karena Sarwo Edhie sudah almarhum. Lebih anéh lagi, . . . pada waktu penyematan gelar pahlawan kepada Sarwo Edhie, nanti, . . . . SBY sudah bukan lagi Presiden RI. Yang menjabat Presiden RI, bisa jadi adalah . . . Jokowi, bisa juga . . . God knows who . . . .!!?? Jadi tampak kehendak untuk mem-"fait-accompli"-kan keputusan kenegaraanyang begitu penting, kepada Presiden RI yang masih harus dipilih . . . .!! Masyaallah . . . apakah sudah begitu amburadulnya ketatanegaraan kita ini?
Keempat: Timbullah opini di masyarakat: Penyebarluasan berita sekitar “Sarwo Edhi akan jadi pahlawan”, yang dilakukan oleh salah seorang keluarganya, adalah semata-mata sebagai "proefballon", semacam “jajak pendapat”. Untuk mengukur seberapa jauh reaksi masyarakat bila seorang "Sarwo Edhie" diputuskan jadi pahlawan. Tujuan tersembunyi adalah untuk membangun suatu "public opinion". Disini terdapat kesamaan dengan dirilisnya beberapa waktu yang lalu tentang kemungkinan "Suharto jadi pahlawan nasional".
Kelima: Suatu perkembangan yang mungkin tidak diduga sebelumnya oleh para pendukung isu "Sarwo Edhie jadi pahlawan", . . . Asvi Adam mengemukakan tentang beredarnya sebuah Petisi, diprakarsai oleh SOE TJEN MARCHING, salah seorang korban Peristiwa 1965.
Harap perhatikan ini!: ---
SARWO EDHIE BELUM HERO
Asvi Warman Adam
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
------------------ Forum Indonesia Damai (FID) ------------------
Arsip Milis FID http://groups.yahoo.com/group/indonesia_damai/messages
Bergabung ke Milis FID: indonesia_damai-subscribe@yahoogroups.com
Keluar dari Milis FID: indonesia_damai-unsubscribe@yahoogroups.com
---------------- indonesia_damai@yahoogroups.com ----------------